Selasa, 16 September 2008

TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL

Categories:

JUDUL: ”ANALISA PENERIMAAN PENERAPAN TEKNIK AUDIT BERBANTUAN KOMPUTER (TABK) DENGAN MENGGUNAKAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM) PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BPK) RI”

ALAMAT: http://www.pdf-search-engine.com/jurnal-akuntansi-pdf.html

PENGARANG: NATALIA TANGKE, MEI 2004

PENERBIT: puslit.petra.ac.id/journals/accounting

TEMA: Implementasi TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM ) Dalam Teknik Audit Berbantuan Komputer.

LATAR BELAKANG: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi penerimaan auditor BPK RI terhadap penerapan Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK), dengan menggunakan
Technology Acceptance Model (TAM). Uji statistik menggunakan Structural Equation Model (SEM). Data dianalisis dengan menggunakan bantuan perangkat lunak LISREL 8.30.

TEORITICAL FRAMEWORK: Hipotesis penelitian ini dibuat berdasarkan hipotesa pada penelitian Gahtani, yaitu hipotesa untuk menganalisa hubungan antar konstruk dan pengaruhnya terhadap penerimaan TABK di BPK-RI.

Hipotesa:

H1: Peceived Ease of Use (PEOU) berpengaruh terhadap Perceived Usefulness (PU).

H2a: Perceived Usefulness (PU) berpengaruh terhadap Attitude Toward Using (ATT).

H2b: Peceived Ease of Use (PEOU) berpengaruh terhadap Attitude Toward Using (ATT).

H3a: Attitude Toward Using (ATT) berpengaruh terhadap penerimaan TABK (ACC).

H3b: Perceived Usefulness (PU) berpengaruh terhadap penerimaan TABK (ACC).

METODOLOGY:

JENIS DATA : kuesioner
OBYEK DAN SAMPEL:
semua pegawai BPK-RI pusat (Jakarta)
yang sudah berstatus pemeriksa (auditor).


MODEL:

1. Model Struktural untuk H1: PU = PEOU

PU = 0.66*PEOU, Errorvar.= 0.55 , R² = 0.44

(5.33) (4.24)

2. Model Struktural untuk H2b: ATT = PEOU

ATT = 0.66*PEOU, Errorvar.= 0.50 , R² = 0.47

(5.65) (4.24)

3. Model Struktural untuk H3b : ACC = PU

ACC = 0.30*PU, Errorvar.= 0.82 , R² = 0.098

(1.97) (4.24)
HASIL & PEMBAHASAN:
Jumlah kuesioner yang disebarkan sebanyak 350 eksemplar. Dan jumlah kuesioner yang dikembalikan adalah 47 eksemplar. Tingkat pengembalian yang sangat rendah ini disebabkan banyak auditor di BPK-RI yang mengaku belum pernah menggunakan TABK dan ada juga yang berhalangan mengisi karena sedang tugas luar. Dari 47 eksemplar yang dikembalikan 9 tidak mengisi dengan lengkap, sehingga hanya 38 kuesioner yang memenuhi syarat untuk dianalisis lebih lanjut.
Jumlah responden yang memenuhi syarat untukdianalisis sebanyak 38 dan jumlah seluruh variabel manifes (indikator) adalah20.
Sedangkan rule of thumb untuk perbandingan jumlah sampel terhadap jumlah indikator adalah 1:5 (Solimun 2002; Juniarti 2001). Jadi jika indikator
dalam penelitian ini sebanyak 20, maka minimal sampel yang dibutuhkan adalah 100. Hair dkk. juga merekomendasikan jumlah sampel minimal untuk SEM adalah 100-200. Karena jumlah responden yang tersedia dalam penelitian ini tidak memadai untuk dilakukannya pengolahan secara single step, maka digunakan two step.
Pengujian validitas adalah pengujian untuk mengetahui kemampuan indikator-indikator suatu konstruk (variabel laten) untuk mengukur konstruk tersebut secara akurat (Hair et al. 1998). Ada dua hal yang dilakukan dalam pengujian validitas yaitu pemeriksaan terhadap nilai t dan pemeriksaan terhadap tingginya muatan faktor standar atau
λ (standardized loading factor).
Muatan faktor untuk masing-masing indikator terhadap variabel laten-nya disajikan dalam bentuk hubungan-hubungan yang digambarkan dalam diagram path yang diperoleh dengan menjalankan program LISREL (Juniarti 2001). Setelah menjalankan program LISREL untuk tiap variabel (PEOU, PU, ATT, ACC) secara berurutan, maka diketahui nilai t dan
λ dari indikatorindikator pada masing-masing variabel laten tersebut berada di atas nilai kritis, yaitu >1.96 untuk nilai t dan 0.30 untuk λ. Kecuali indikator ACC3 untuk variabel laten ACC nilai t dan λ dibawah batas kritis yaitu sebesar -2.81 dan -0.46. Hal itu menunjukkan bahwa indikator-indikator pada tiap variabel laten memenuhi kriteria sebagai indikator yang valid untuk merepresentasikan tiap variabel laten yang diwakilinya.

PENUTUP
KESIMPULAN:

(1) persepsi pengguna tentang kemudahan dalam menggunakan TABK (PEOU) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap persepsi pengguna tentang
kegunaan TABK (PU) dengan koefisien sebesar 0.66 dan tingkat signifikasi 5.33. Hal ini berarti hipotesis H
1 diterima (terbukti)
(2) persepsi pengguna tentang kegunaan TABK (PU) tidak terbukti memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sikap pengguna tentang penggunaan TABK (ATT). Dengan demikian hipotesis H
2a tidak dapat dibuktikan (ditolak)
(3) persepsi pengguna tentang kemudahan dalam menggunakan TABK (PEOU) terbukti memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sikap pengguna tentang penggunaan TABK (ATT) dengan koefisien sebesar 0.66 dan tingkat signifikasi sebesar 5.65 sehingga hipotesis H
2b dapat dibuktikan
(4) sikap pengguna tentang penggunaan TABK (ATT) tidak terbukti memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pengguna akan TABK (ACC), maka hipotesis H
3a ditolak
(5) meskipun hanya dapat menjelaskan perubahan kurang dari 1% (R
2=0.098) tetapi persepsi pengguna tentang kegunaan TABK (PU) tetap terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pengguna akan TABK (ACC) dengan koefisian sebesar 0.30 dan nilai t sebesar 1.97. Dengan demikian meskipun R2 sangat kecil tetapi tidak cukup kuat untuk menolak hipotesis H3b, sehinnga hipotesis H3b diterima.

Penelitian ini memberikan beberapa implikasi bagi organisasi-organisasi yang sudah ataupun baru akan menerapkan teknologi informasi (TI) secara umum dan khususnya TI yang berkaitan dengan audit. Penelitian ini dapat menjadi acuan untuk melakukan penelitian baik untuk kepentingan pendidikan ataupun untuk kepentingan praktisi dalam mengukur tingkat penerimaan terhadap penerapan teknologi informasi.

SARAN:

(1) responden penelitian sekarang ini sangat homogen hanya pada satu kantor, penelitian yang
akan datang dapat mengembangkan dengan meneliti pada lingkup yang lebih luas misalnya pada satu instansi dengan beberapa cabang di Indonesia

(2) sampel yang digunakan diperbanyak, minimal sesuai dengan rule of thumb pada SEM dan LISREL

(3) penelitian yang sekarang ini menggunkan TAM, sedangkan penelitian yang menguji kemampuan penggunaan TAM (applicapability) seperti dilakukan oleh Said Al-Gahtani, belum pernah dilakukan di Indonesia. Karena itu disarankan untuk meneliti kemampuan penggunaan TAM di Indonesia.

KETERBATASAN:

(1) keterbatasan jumlah responden sehingga data tidak dapat diuji secara serentak (single step).
Meskipun hasil analisis yang dihasilkan akan sama, tetapi diagram path yang dihasilkan tidak dapat menggambarkan keseluruhan model yang terdiri dari model pengukuran dan model struktural.

(2) keterbatasan yang melekat pada data yang diperoleh melalui kuesioner, karena perbedaan persepsi penulis dengan responden penelitian.

Spread The Love, Share Our Article

Related Posts

No Response to "TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL"